Read Me...!!!

Selamat Datang Bagi Pengunjung Blog Kita Bersama, Semoga Apa Yang Anda Baca Bermafaat Dan Jangan Lupa untuk Menjadi Follower dan Kenalan Dengan ADMIN Blog Ini yaaa...!!! ^_^

Sunday, December 11, 2011

Opini Public

A. OPINI
Mengapa opini publik penting?
Karena sifat komunikasi yang dilakukan, menyangkut manusia didalam kedudukannya sebagai individu maupun sebagai bagian masyarakat secara luas.
Opini publik berasal dari kata berbahasa Latin, yakni opinari dan publicus. Opinari berarti berpikir atau menduga.

Publicus berarti milik masyarakat luas. Jadi, opini publik, menyangkut hal seperti dugaan, perkataan, harapan, dan pilihan yang dilakukan orang banyak.
Opini dapat dinyatakan
a. Verbal : terbuka dengan kata-kata yang dapat ditafsirkan secara jelas atau melalui
pilihan-pilihan kata yang sangat halus dan tidak secara langsung dapat diartikan (konotatif)
b. Non verbal : perilaku, bahasa tubuh, raut muka, simbol-simbol tertulis, pakaian yang
dikenakan, dan oleh tanda-tanda lain yang tak terbilang jumlahnya, melalui referensi, nilai-nilai, pandangan, sikap dan kesetiaan.

VINCENT PRICE memberikan istilah
a. Overt opinion = opini yang dinyatakan secara verbal.
b. Covert opinion = opini yang dinyatakan melalui diskusi informal, melalui surat-surat
yang ditujukan kepada media massa agar diterbitkan dan dibaca
khalayak, surat-surat kepada redaksi surat kabar secara tertutup,
partisipasi pada suatu demonstrasi atau pernyataan pendapat, melalui
pemogokan karyawan, dans sebagainya.

ABELSON menyebutkan bahwa opini mempunyai unsur sebagai molekul opini, yakni:
1. Belief (kepercayaan tentang sesuatu)
2. Attitude (apa yang sebenarnya dirasakan seseorang)
3. Perception (persepsi)



B. KONSENSUS
Pernyataan masing-masing individu (baca : opini) bisa berkembang menjadi luas, menjadi “milik suatu segmen masyarakat”. Opini yang terkristal menjadi luas itu disebut opini publik. Untuk berkembang menjadi opini publik, opini-opini tersebut melewati beberapa dimensi, yakni:
1. Waktu
Waktu yang dibutuhkan sangat bergantung pada unsur emosi anggota segmen masyarakat, kesamaan persepsi, kepercayaan atas isu yang dibicarakan, pengalaman yang sama, tekanan-tekanan dari luar, dan tindakan-tindakan yang dilakukan oleh sumber berita.
2. Cakupan (luasnya publik)
Konsensus biasanya dimulai dari suatu kelompok segmen yang paling kecil, berkembang menjadi suatu kelompok yang lebih luas. Kadang-kadang hanya mempengaruhi suatu segmen publik tertentu saja, misalnya konsumen, tapi cakupan opini akan merember pada segmen lain seperti pemerintah, pemasok, bank, karyawan, dan sebagainya. Contoh : kasus daging busuk, buah busuk, susu bermelamin, daging glonggong, billout AS, runtuhnya bursa saham, pemilihan presiden AS, Pilkada, dan lain-lain.
3. Pengalaman masa lalu audience
Audience umumnya pernah memiliki suatu pengalaman tertentu atas obyek yang dibicarakan. Makin intensif hubungan antara obyek tersebut dengan audience, maka semakin banyak pengalaman yang dimiliki audience. Selama audience menjalin hubungan dengan obyek, ia akan melakukan penilaian. Pada produk-produk tertentu, biasanya pengalaman dan relasi itu tidak hanya dialami oleh satu orang saja, melainkan sekelompok orang sekaligus.
Bila di masa lalu konsumen sering mengalami hal-hal yang kurang berkenan di hatinya secara rutin, maka ketika ada orang lain yang mengutarakan opininya secara verbal, konsensus diantara mereka lebih cepat menyatu.
Pengalaman masa lalu ini biasanya diperkuat oleh informasi lain, seperti berita di koran, kejadian yang melanda obyek, sampai pada penggantian manajemen, dan teguran pemerintah.
Pengalaman masa lalu die kspos oleh hal-hal yang dialami sendiri maupun didengar atau dibaca dari sumber-sumber lain. Makin tinggi dan sama pengalaman masing-masing individu, akan semakin besar pula kemungkinan terjadinya konsensus di antara mereka.
4. Media massa
Konsensus biasanya akan berkembang lebih pesat lagi apabila suatu kejadian diekspos oleh media massa. Bahkan media massa sering disebut sebagai alat pembentukan opini publik. Apakah melalui pilihan kata, cerita, foto yang ditampilkan, atau rekaman video yang ditayangkan. Sulit dihindari bahwa media massa hanya menyajikan fakta. Sejak fakta itu ditulis dan dibaca oleh manusia, hampir dapat dipastikan berita mengandung opini.
Berita kemudian akan menjadi bahan bagi para pemimpin masyarakat untuk turut memberikan pandangannya. Atas suatu kejadian, media massa umumnya juga akan mencapai suatu konsensus. Sampai akhirnya ditemui kenyataan bahwa pada hari yang sama, semua media massa menurunkan topik yang sama dengan nada yang sama pula.
5. Tokoh
Konsensus yang muncul biasanya amat tergantung pada tokoh yang menangani kasus tersebut. Contoh kasus kawin cerai artis, narkoba (Shela Marsela), pejabat korupsi, FPI.
Unsur-unsur diatas secara bersama-sama akan menentukan konsensus para individu atas suatu masalah tertentu. Yang patut dicatat adalah adanya struktur informasi, yaitu ketidaklengkapan informasi yang sering mewarnai opini seseorang. Akibat dari ketidaklengkapan informasi ini, orang sering dipaksa oleh keadaan untuk merangkai sendiri cerita yang didapat sesuai dengan pengalaman masa lalunya.

1 comment: