Read Me...!!!

Selamat Datang Bagi Pengunjung Blog Kita Bersama, Semoga Apa Yang Anda Baca Bermafaat Dan Jangan Lupa untuk Menjadi Follower dan Kenalan Dengan ADMIN Blog Ini yaaa...!!! ^_^

Sunday, December 11, 2011

Filsafat Elea

BAB I
PENDAHULUAN

Filsafat secara etimologis berasal dari bahasa Yunani philosophia, philo berarti cinta, shopia berarti kebijaksanaan atau kebenaran, jadi artinya mencintai kebijaksanaan atau kebenaran. Sebagai ilmu, Plato menyatakan filsafat adalah pengetahuan tentang segala yang ada, bandingkan dengan Farabi yang bergelar Aristoteles Kedua menyatakan filsafat adalah pengetahuan tentang yang ada menurut hakikatnya yang sebenarnya. Sebagai aktifitas filsafat ditekankan pada empat tahap yaitu logis, sistematis, radikal dan universal.
Filsafat muncul karena beberapa faktor, terutama adanya pertentangan antara mitos dan logika, munculnya rasa ingin tahu, adanya rasa kagum serta perkembangan kesusastraan. Karakter filsafat sendiri adalah skeptis/keraguan-raguan, milik komunal, disinterestedness (tidak untuk kepentingan tertentu), dan universalisme (hak seluruh manusia). Adapun pembagian filsafat menurut Aristoteles ada empat cabang: logika, filsafat teoritis (fisika, matematika, metafisika), filsafat praktis (etika, ekonomi, politik) dan filsafat peotika/kesenian. Pada pokoknya objek kajian filsafat tidak terlepas dari Tuhan, manusia dan alam.
Alam Pikiran Yunani dimulai dari filosofi alam, sekitar tahun 625 sebelum masehi. Tokoh-tokohnya bertujuan memikirkan makro kosmos, dari mana terjadinya alam ini. Kota Miletos adalah tempat kediaman berkembangnya failasuf (=filosof) Yunani era pertama sebagai Thales. Golongan kedua adalah filosofi Herakleitus.
Golongan ketiga adalah filosofi Elea. Elea adalah sebuah kota perantauan orang Yunani di selatan semenanjung Italia




BAB II
PEMBAHASAN


A. Pengetian Filsafat Elea
Telah disebutka diatas bahawaGolongan ini dikomandoi oleh Xenophanes yang taat beragama. Ia menyatakan bahwa Tuhan hanya satu yang terbesar diantara manusia dan dewa, tidak serupa dengan makhluk yang fana. Pengagumnya Parmenides memiliki pendapat bahwa yang satu bukan Ketuhanan melainkan kebenaran, cuma ia tetap, jadi dunia menurut Parmenides bangunnya statis. Seorang murid Parminides, Zeno, mendukung pendapat gurunya dan membantah dalil-dalil lawannya dengan mengemukakan “paradox” dan Melisos, murid yang lain mempertahankannay dengan alas an yang positif
Elea adalah suatu kota perantauan orang Grik disebelah selatan semenanjung Italia. Aliran Filosof yang timbul di sana berpengaruh dari tahun 540-560 sebelum Masehi. Yang bermula mengajarkannya ialah Xenophanes berasal dari Kolophon di Asia Minor.
Tinjauan soalnya lain pula. Ia mencari keterangan tentang “yang ada”. Kita melihat di alam berbagai yang ada, tetapi apa yang ada itu ? Betapa Sifatnya ?
Filosofi Elea mengajarkan, bahwa ”Yang Ada” itu satu, tida ada seluk beluknya dan tidak berubah-rubah. Apa yang tampak pada panca indera itu bukanlah yang sebenarny, melainkan ”rupanya saja”. Yang ada dalam kebenarannya tidak dapat diketahui dengan penglihatan, melainkan dengan pikiran yang memperhatikan







B. Para Ahli Kesohor Filsafat Elea
Selain dari Xenophanes yang membangunkannya, ada tiga orang lagi yang kesohor sebagai pemangku filosofi Elea itu, Yaitu Parmenides, Zeno, dan Melissos.

1. Xenophanes
Masa hidup Xenophanes diebut orang dari tahun 580-470 sebelum Masehi. Waktu itu beerumur 25 Tahun, ditinggalkannya kota tempat tumpah darhnya, yang telah dirampas oleh Persia. Ia pergi menggembala kemana-mana yang sampai akhirnya kekota Elea. Nafkah hidupnya didapatnya dengan bernyanyi dan melagukan sya’ir yang dalam-dalam artinya.
Xenophanes terkenal sebagai orang yang taatagama, yang senantiasa hidup dengan ruh yang suci. Dalam segala lagu yang dinyanyikannya, ia mendidik orang kejalan agama, kejalan beribadat kepada Tuhan yang menguasai seluruh alam. Sampai berumur 90 Tahun lebih ia tetap berbuat begitu.
Isi sya’irnya itu menentang segala takhayul, yang menjadi kepercayaan orang banyak waaktu itu. Orang menyangka, bahwa Tuhan itu banyak dan menjadi kepala daripada pelbagai perbuatan. Ada yang menjadi kepala pencuri, ada yang jadi kepala pembengis, dan banyak lagi lainnya. Tetutama Xenophanes menyerang likisan-likisan dewa-dewa atau segala macam Tuhan, yang dilagukan oleh ahli Sya’ir yang ternam pada masa itu
Xenophanes mengaharkan, bahwa Tuhan itu tidak banyak, melainan satu. Berhubung dengan kepercayaan orang banyak, yang merupakan Tuhan itu banyak dengan berbagi macam, Xenophanes berkata: ”Makhluk yang fana ini mengira, sekalian Tuhannya itu dilahirkan, berbaju, bersuara dan bertubuh seperti mereka itu pula. Tetapi, kalau sapi, kuda dan singa mempunyai tangan dan pandai menggambar, niscayalah sapi itu menggambarkan Tuhannya serupa sapi, kuda menggambarkan Tuhannya serupa Kuda, dan singa menggambarkan Tuhannya serupa dengan singa”
Dalam satu sya’irnya penentang takhayul disebutkan: ” Tidak dari semulanya Tuhan memperlihatka semuanya kepada makhluk yang fana. Sejalan dengan kemajuan masa, mereka itu akan mendapat yang baik, asal mereka berusaha mencapainya”.
Tentang asal yang satu daripada segalanya, telah lebih dahulu diajarkan filosof alam. Anaximandros misalnya menyatakan pandangan yang dalam. Tetapi pada Xenophanes, Yang Satu itu lebih tinggi kedudukannya, yaitu Tuhan Yang Esa yang memeluk segala alam.
Ajarn tentang Yang Satu itu besar sekali pengaruhnya dalam filosofi Elea. Itu yang dijadikan pusat segala soal.
Sungguhpun Xenophanes banyak memberikan petua-petua yang berharga, sehingga ia dipandang sebagai pembangun filosofi baru, ia tidak sampai menjadi mahagurunya. Sebabnya karena ajaannya tidak tersusun dan teratur. Ajarannya itu keluar dari perasaan hatinya saja. Ilham barangkali. Filosof Elea mendapat bentuknya dalam tangan Parmanides, dia inilah yang menjadi maha gurunya.


2. Parmenides
Paramides lahir di Elea pada tahun 540 sbelum Masehi. Waktu meninggalnya tidak diketahui oarng benar. Dalam kota tempat lahirnya itu, ia terkenal sebagai orang besar. Ia ahli politik dan pernah memangku jabatan pemerintah. Tetapi bukan karena itu kesohor namanya. Ia kesohor namanya sebagai ahli pikir, yang melebihi siapa juga pada masanya itu.
Pada waktu mudanya hatinya tertarik kepada lagu-lagu Xenophanes, yang banyak mengandung pelajarann. Yang Satu, yang diajarkan Xenophanes, menjadi pokok berfikir baginya, dan dibentuknya menjadi pelajaran sendiri. Berlainan dengan ajaran Xenophanes, Yang Satu ini tidak dipandang sebagi persatuan Tuhan dan Alam, melainkan sebagi Adanya yang sepenuh-penuhnya. Yang lahir itu Ada. Dalam persatuan Tuhan dan Alam tidak ada yang banyak sebagai jumlah satu-satunya.
Sebagia pokok pendirinya disebutnya, bahwa ada kebenaran. Kebenaran yang bulat, kebenaran yang sepenuh-penuhnya. Bertentangan denagn itu terdapat pendapat manusia, yang tiada menyimpan kebenaran di dalamnya. Pendapat manusia itu hanya prasanga saja. Presangka itulah yang menyatakan, ada yang banyak. Pada hal ”Yang banyak” itu tidak ada.
Sebab kalau ada yang banyak itu, ada pula ’menjadi” dan "hilang”. Oleh karena yang ada itu hanya satu, kekal dan tidak berubah-ubah, maka ”jadi” dan ”hilang” itu tidak benar adanya. Hanyalah timbul dari prasangka saja. Sebab itu harus dinyatakan pertentangan antara kebenaran yang dapat dipahamkan dengan pikiran, dengan persangkaan yang bisa khilaf. Perttentangn itu adalah pertentangan antara tahu dan menyangka.
Dengan mengemukakan soal ini, Parmedines menjadi pembangun logika yang pertama. Herakleitos membukakan pintu duniaa pikiran. Ia memulai menyusunya. Keterangan, katanya, dengan jalan berfikir semata-mata.
Parmedines membulatkan pokok keterangannya dengan semboyannya yang pendek :hanya Yang Ada itu ada, Yang Tidak ada itu tida. tidak ada yang lain dari pada yang Yang Ada. Sebab itu tidak ada yang ”menjadi” dan tidak ada pula yang ”hinag”. Keduanya itu ”menjadi” dan ”hilang” mustahil pada akal. Sebab "menjadi” menyatakan perpisahan dari Yang Ada ke Yang Tidak ada. Tadi telah diketahui ,bahwa Yang Tidak-Ada itu Tidak. Betapa “tidak” bisa “menjadi” ? demikian pula “hilang” menyatakan perpisahan dari Yang Ada ke Yang Tidak-Ada, sedangkan Yang Ada iti ada, tetap seama-lamanya dan tidak berubah-ubah.
Kebenaran terdapat pada pengakuan, bahwa Yang Ada itu ada. Kesalahan prasangka orang ialah, bhawa Yang Tidak-Ada itu dikatakn juga ada dan mesti ada.
Oleh karena Parmenides memandang semuanya itu Satu dan tetap, mestilah ia meniadakan yang kelihatan banyak dan berubah-ubah itu. Menurut logka, hukum akal, disebelah yang Satu dan Tetap itu mustahil ada yang banyak. Sebab, kalau ada yang banyak, tak ada yang satu. Dalam hal ini salah satu dari yang banyak, yaitu bagian daripada itu. Sebab itu kenyataan draipada yang banyak itu beerdasar kepada rupanya saja, bukan yang sementara.




3. Zeno
Zeno lahir di Elea dalam tahun 490 s.M. Namanya dan ajarannya kesohor empat tahun lamanya, draii tahun 464-460 sebelum Masehi. Ia tersebut karena tangkas perkataannya dan tajam pikirannya.
Terhadap yang Satu dan Tetap, yang dikemukakan oleh permenides, lawannya menunjukan yang lahir, yang menyatakan yang banyak dan yang berubah-ubah. Zeno menggunakan pemikirannya yang tajam itu untuk memperlihatkan hal-hal yang betentangan dalam pendapat lawannya.
Terhadap paham yang mengatakan, yang bergerak itu Ada. Zeno mengemukakan empat fasal:
1. Suatu gerakan tidak bisa bermula, sebab tiap-tiap bebean tidak sampai kepada satu tempat dengan tiada berada lebih dahulu pada berjenis tempat atau titik yang dilaluinya.
2. Achileus yang cepat seperti kilat tidak bisa mengejar penyu, yang begitu ia tiba ditempat penyu tadi, dia ini sudah maju lagi sedikit kemuka.
3. anak panah yang dipanahkan dari budurnya tidak bergerak, tetapi berhenti. Sebab setiap saat ia berada pada satu tempat. Ada pada satu tempat aritnya dengan berhenti.
4. setengan waktu sama dengan sepenuh waktu. Sebab, suatu barang yang bergerak terhadap suatu badan, melalui panjang badan itu dalam setengah waktu ataupun sepenuh waktu. Dalam epenuh waktu, apabila badan itu tidak bergerak. Dalam setenagn waktu, apakah ia bergerak dengan sama cepatnya kearah yang bertentangan.

4. Melissos
Melissos berasal dari Samos, sebuah kota Grik ditanah perantauan. Masa hidupnya tidak diketahui benar. Yang diketahui orang hanya, bahwa ia sangat terkemuka dalam dunia filosofi Elea dari tahun 444-441 sebelum Masehi.
Melissos mempertahankan ajaran Parmenides dengan mengemukan alasan yang positif. Artinya ia melahirkan keterangan untuk menguatkan ajaran gurunya. Tidak seperti Zeno, yang membalikkan krotik atas logika lawannya untuk membenarkan pendirian sendiri.
Melissos mengemukakan sebuah pemikiran baru, yang bertentangna dengan pendirian Parmenides. Menurut pendapat Parmenides, Yang ada itu bangunnya bulat. Melissos mengatakan, Yang Ada itu tidak berhingga. Jika sekiranya ia berhingga, mestilah ia mempunyai permulaan dan akhir, dan itu akan dibatasi oleh ”yang tidak ada”. Dan kalau ”yang tidak ada” itu menjadi batas. Adalah ia, dan itu barang yang mustahil. Yang ada itu, sebab ia satu, ia tidak mempunyai tubuh. Jka sekiranya ia mempunyai tubuh, ia mempunyai tebal. Dan kalau ia mempunyai tebal, ia pun mempunyai bagian, dan karena itu tidak satu lagi.





















BAB III
KESIMPULAN


Filosofi Elea mengajarkan, bahwa ”Yang Ada” itu satu, tida ada seluk beluknya dan tidak berubah-rubah. Apa yang tampak pada panca indera itu bukanlah yang sebenarny, melainkan ”rupanya saja”. Yang ada dalam kebenarannya tidak dapat diketahui dengan penglihatan, melainkan dengan pikiran yang memperhatikan.
Ia menyatakan bahwa Tuhan hanya satu yang terbesar diantara manusia dan dewa, tidak serupa dengan makhluk yang fana. Pengagumnya Parmenides memiliki pendapat bahwa yang satu bukan Ketuhanan melainkan kebenaran, cuma ia tetap, jadi dunia menurut Parmenides bangunnya statis. Seorang murid Parminides, Zeno, mendukung pendapat gurunya dan membantah dalil-dalil lawannya dengan mengemukakan “paradox” dan Melisos, murid yang lain mempertahankannay dengan alas an yang positif.
















DAFTAR PUSTAKA

Hatta, Mohammad. 1980. Alam Pikiran Yunani. Jakarta: Penerbit Tintamas.
Rapa, Jihn Hendrik. 1996. Pengantar Filsafat. Yogyakarta: Kanisius.
www.google.com.

No comments:

Post a Comment