Read Me...!!!

Selamat Datang Bagi Pengunjung Blog Kita Bersama, Semoga Apa Yang Anda Baca Bermafaat Dan Jangan Lupa untuk Menjadi Follower dan Kenalan Dengan ADMIN Blog Ini yaaa...!!! ^_^

Saturday, December 10, 2011

perbuatan Tuhan dan perbuatan manusia menurut prespektif beberapa aliran-aliran agama

BAB I
PENDAHULUAN


Persoalan kalam yang menjadi bahan perdebatan diantara aliran-aliran kalam adalah masalah perbuatan Tuhan dan perbuattan Manusia. Masalah ini muncul sebagai buntut dari perdebatan ulama kalam mengenai iamn. Ketika sibuk menyoroti siapa yang masih dianggap beriman dan siapa yang kafir diantara pelaku tahkim, para ulama kalam kemudian mencari jawaban atas pertanyaan siapa sebenarnya yang mengeluarkan perbuatan manusia, apakah Allah sendiri? Atau manusia sendiri? Atau kerkerjasama antara keduanya. Masalah ini kemudian memunculkan aliran kalam fatalis(predestination) yang diwakili oleh Qodariyah freewill yang diwakili Qodariyah dan Mu’tazilah, sedangkan aliran Asy’ariyah dan Maturudiyah mengambil sikap pertengahan.
Persoalan ini kemudian meluas lagi denagn mempermasalahkan apakah Tuhan memiliki kewajiban-kewajiban tertentu atau tidak? Apakah perbuatan Tuhan itu tidak terbatas pada hal yang baik-baik saja, atukah perbuatan Tuhan itu terbatas pada hal yang baik saja, tetapi juga mencakup kepada hal-hal yang buruk?. Berikut akan dijelaskan mengenai perbutan Tuhan dan perbuatan Tuhan pada makalah ini.




BAB II
PEMBAHASAN


A. PERBUATAN TUHAN

Semua aliran dalam pemikiran kalam berpandangan bahwa Tuhan melakukan perbuatan. Perbuatan di sini dipandang sebagai kinsekuensi logis dari dzat yang memiliki kemampuan untuk melakukannya.

1. Aliaran Mu’tazilah
Aliran Mu’tazilah, sebagai aliran kalam yang bercorak rasional, berpandapat bahwa perbuatan Tuhan hanya terbatas pada hal-hal yang dikatakan baik. Namun, ini tidak berarti bahwa Tuhan tidak mampu melakukan perbuatan buruk karena Ia mengetahui keburukan dari perbuatan buruk itu. Didalam Al-Qur’an pun jelas dikatakan bahwa Tuhan tidaklah berbuat zalim . Ayat-ayat Al-Qur’an yang dijadiakn dalil oleh Mu’tazilah untuk mendukung pendapatnya di atas adalah surat Al-Anbiya:23 dan Ar-Rum:8.
      
” Dia tidak ditanya tentang apa yang diperbuat-Nya dan merekalah yang akan ditanyai”.
     •            •   ••    
“ dan mengapa mereka tidak memikirkan tentang (kejadian) diri mereka? Allah tidak menjadikan langit dan bumi dan apa yang ada diantara keduanya melainkan dengan (tujuan) yang benar dan waktu yang ditentukan. dan Sesungguhnya kebanyakan di antara manusia benar-benar ingkar akan Pertemuan dengan Tuhannya.”



Ayat tersebut memberi petunjuk bahwa Tuhan hanya berbuat yang baik dan Mahasuci dari perbuatan buruk. Dengan demikian, Tuhan tidak perlu ditanya. Ia menambahkan bahwa seseorang yang dikenal baik, apabila secara nyata berbuat baik, tidak perlu ditanya mengapa ia melakukan perbuatan baik itu. Adapun ayat yang kedua mengandung petunjuk bahwa tidak pernah dan tidak akan melakukan perbuatan-perbuatan buruk.
Dengan faham adanya batasan-batasan bagi kekuasaan dan kehendak Tuhan, mendorong kelompok mu’tazilah untuk berpendapat bahwa Tuhan mempunyai kewajiban terhadap manusia . Aliran Mu’tazilah memunculkan faham kewajiban Allah berikut ini:
 Kewajiban Tidak Memberikan Beban di Luar Kemampuan Manusia
Memberi beban di luar kemampuan manusia adalah bertentangan dengan faham berbuat baik dan terbaik. Hal ini bertentangan dengan faham mereka tentang keadilan Tuhan.Tuhan akan bersifat tidak adil kalau Ia memberi beban yang terlalu berat kepada manusia.
 Kewajiban Mengirinkan Rasul
Bagi Aliran Mu’tazilah, dengan kepercayaan bahwa akal dapat mengetahui hal-hal gaib, pengiriman rasul tidaklah begitu penting. Namun, mereka memasukkan pengiriman rasul kepada umat manusia menjadi salah satu kewajiban Tuhan.
 Kewajiban Menepati Janji dan Ancaman
Janji dan ancaman merupakan salah satu dari lima dasar kepercayaan aliran Mu’tazilah. Hal ini erat hubungannyadenga dasar keduanya, yaitu keadilan. Tuhan akan bersifat tidak adil jika tidak menepati janji untuk memberi pahala kepada orang yang berbuat baik, dan menjalankan ancaman bagi orang yang berbuat jahat. Selanjutnya keadaan tidak menepati janji dan tidak menjalankan ancaman bertentangan dengan maslahat dan kepentingan manusia. Oleh karena itu, menepati jajni dan menjalankan ancaman adalah wajib bagi Tuhan.




2. Aliran Asy’ariyah
Menurut aliran Asy’ariyah, faham kewajiban Tuhan berbuat baik dan terbaik bagi manusia. Aliran Asy’ariyah tidak menerima faham Tuhan mempunyai kewajiban. Tuhan dapat berbuat sekehendak hati-Nya terhadap makhluk. Sebagaimana dikatakan Al-Ghazali, perbuatan-perbuatan Tuhan bersifat tidak wajib (jaiz) dan tidak satu pun darinya yang mempunyai sifat wajib .
Karena percaya pada kekuasaan mutlak Tuhan dan berpendapat bahwa Tuhan tak mempunyai kewajiban apa-apa, aliran Asy’ariyah menerima faham pemberian beban di luar kemampuan manusia. Al-Asy’ari sendiri, dengan tegas mengatakan dalam Al-Luma, bahwa Tuhan dapat meletakkan beban yang dapat dipikul pada manusia.

3. Aliran Maturidiyah
Mengenai perbuatan Allah ini, terdapat perbedaan pandangan antara Maturidiyah Samarkand dan Maturidiyah Bukhara. Aliaran Maturidiyah Samarkand, yang juga memberikan batas pada kekuasaan dan kehendak mutlak Tuhan, berpendapat bahwa perbuatan Tuhan perbuatan Tuhan hanyalah menyangkut hal-hal yang baik saja. Dengan demikian, Tuhan mempunyai kewajiban melakukan yang baik bagi manusia. DEmikian juga pengiriman rasul dipandang Maturidiyah Samarkand sebagai kewajiban Tuhan.
Adapun Maturidiyah Bukhara memiliki pandangan yang sama denagan Asy’ariyah mengenai faham bahwa Tuhan tidak mempunyai kewajiban, Namun, sebaigaimana dijelaskan oleh Badzawi, Tuhan pasti menepati janji-Nya, seperti memberi upah kepada orang yang berbuat baik, walaupun Tuhan mungkin saja membatalkan ancaman bagi orang yang berdosa besa. Adapun pandanagn Maturidiyah Bukhara tentang pengiriman rasul, sesuai dengan faham mereka tentang kekuasaan dan kehendak mutlak Tuhan, tdaklah bersifat wajib dan hanya bersifat mungkin saja.







B. PERBUATAN MANUSIA

Masalah perbuatan manusia bermula dari pembahasan sederhana yang dilakukan oleh kelompok Jabariyah dan kelompok Qadariyah, yang kemudian dilanjutkan dengan pembahasan yang lebih mendalam oleh aliran Mu’tazilah, Asy’ariyah dan Maturidiyah.
Akar dari masalah perbuatan manusia adalah keyakinan bahwa Tuhan adalah pencipta alam semesta, teermasuk di dalamnya manusia sendiri. Tuhan bersifat Mahakuasadan mempunyai kehendak yang bersifat mutlak. Dari sini timbulah pertanyaan, sampai di manakah manusia sebagai ciptaan Tuhan bergantung pada kehendak dan kekuasaan Tuhan dalam mengatur hidupnya oleh Tuhan, atau apakah manusia terikat seluruhnya pada kehendak dan kekuasaan mutlak Tuhan.

1. Aliran Jabariyah
Ada perbedaan pandangan antara jabariyah ekstrim dan jabariyah moderat dalam masalah perbuatan manusia. Jabariyah ekstrim berpendapat bahwa segala perbuatan manusia bukan merupakan perbuatan yang timbul dari kemauannya sendiri, tetapi perbuatan yang dipaksakan atas dirinya.
Adapun jabariyah moderat mengatakan bahwa Tuhan menciptakan perbuatan manusia, baik perbuatan jahat maupun perbuatan baik, tetapi manusia mempunyi peranan di dalamnya.

2. Aliran Qadariyah
Aliran Qadariyah mengtakan bahwa segala tingkah laku manusia dilakukan atas kehendaknya sendiri. Manusia mempunyai kewenangan untuk melakukan segala perbuatannya atas kehendaknya sendiri, bagi berbuat baik maupun berbuat jahat. Karena itu, ia berhak mendapatkan pahala atas kebaikan yang dilakukannya dan juga berhak pula memperoleh hukuman atas kejahatan yang diperbuatnya. Dalam kaitan ini, bila seseorang diberi ganjaran siksa dengan balasan neraka kelak di akhiat, semua itu berdasarkan pilihan pribainya sendiri, bukan oleh takdir Tuhan. Sungguh tidak pantas, manusia meneerima siksaan atau tindakan salah yang dilakukan bukann atas keinginan dan kemampuannya sendiri.
Aliran Qadariyah berpendapat bahwa tidak ada alasan yang tepat menyadarkan segala perbuatan manusia kepada perbuatan Tuhan. Doktrin-doktrin ini mempunyai tempat pijakan dalam doktrin Islam sendiri. Banyak ayat Al-Quran yang mendukung pendapat ini, misalnya dalam surat Al-Kahf:29
           
dan Katakanlah: "Kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu; Maka Barangsiapa yang ingin (beriman) hendaklah ia beriman, dan Barangsiapa yang ingin (kafir) Biarlah ia kafir". (QS.Al-Kahf [18]:29)
Dalam surat Ali Imran [3]: 165 disebutkan
         
      •      
“. dan mengapa ketika kamu ditimpa musibah (pada peperangan Uhud), Padahal kamu telah menimpakan kekalahan dua kali lipat kepada musuh-musuhmu (pada peperangan Badar), kamu berkata: "Darimana datangnya (kekalahan) ini?" Katakanlah: "Itu dari (kesalahan) dirimu sendiri". Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.” (QS Ali Imran [3]: 165)
Dalam Surat Ar-Rad [13] : 11 disebutkan
          
“. Sesungguhnya Allah tidak merobah Keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merobah keadaanyang ada pada diri mereka sendiri. “ (QS Ar-Rad [13]: 11)
Dalam Surat An-Nisa’ [4]:11 disebutkan
            
“ Barangsiapa yang mengerjakan dosa, Maka Sesungguhnya ia mengerjakannya untuk (kemudharatan) dirinya sendiri. dan Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana.” (QS An- Nisa’ [4]:111)





3. Aliran Mu’tazilah
Aliran Mu’tazilah memandang manusia mempunyai daya yang besar dan bebas. Manusia sendirilah yang berbuat baik dan buruk. Kepatuhan dan ketaatan seseorang kepada Tuhan adalah atas kehendak dan kemauannya sendiri.
Perbuatan manusia bukanlah diciptakan Tuhan pada diri manusia, tetapi manusia sendirilah yang mewujudkan perbuatannya. Mu’tazilah denagn tegas menyatakan bahwa daya juga beraal dari manusia. Daya yang terdapat pada diri manusia adalah tempat terciptanya perbuatan. Jadi, Tuhan tidak dilibatkan dalam perbutan manusia. Aliran Mu’tazilah mengecam keras faham yang mengatakan bahwa Tuhanlah yang menciptakan perbuatan.
Dengan faham ini aliran Mu’tazilah mengaku Tuhan sebagai pencipta awal, sedagkan manusia berperan sebagai pihak yang berkreasi untuk mengubah bentuknya.
Untuk membela fahanya, aliran mu’tazilah mengungkapkan ayat berikut
  •         
“ yang membuat segala sesuatu yang Dia ciptakan sebaik-baiknya dan yang memulai penciptaan manusia dari tanah.” (QS As-sajdah [32]:7
Yang dimaksud dengan ahsana dalam ayat diatas adalah, semua perbuatan manusia bukanlah perbuatan Tuhan adalah baik. Denagn demikian, perbuatan manusia bukanlah perbuatan Tuhan, karena diantara perbuatan manusia terdapat perbuatan jahat. Dalil ini dikemukakan untuk mempertegas bahwa manusia akan mendapat balasan atas perbuatnnya. Sekiranya perbuatan manusia adalah perbuatan Tuhan, balasan dari Tuhan tidak akan ada artinya.

4. Aliran Asy’ariyah
Dalam faham Asy’ari, manusia ditempatkan pada posisi yang lemah. Ia ibaratkan anak kecil yang tida memiliki pilihan dalam hidupnya. Oleh karena itu, aliran ini lebih dekat denagn faham jabariyah dariada dengan faham Mu’tazilah. Untuk menjelaskan dasar pijakannya, Asy’ari memakai teori al-kasb. Teori al-kasb Asy’ari dapat dijelaskan sebagai berikut. Segala sesuatu terjadi dengan perantara daya yang diciptakan, sehingga menjadi perolehan bagi muktasib yang memperoleh kasab untuk melakukan perbuatan. Sebagai konsekuensinya teori ini, manusia kehilangan keaktifan, sehingga manusia bersikap pasif dalam perbuatannya.
Argument yang diajukan oleh Al-Asy’ari untuk membela keyainannya adalah firman Allah

    
“Padahal Allah-lah yang menciptakan kamu dan apa yang kamu perbuat itu".
(QS Ash-Shaffat [37]:96)
Pada prinsipnya aliran Asy’ariyah berpendapat bahwa perbuatan manusia diciptakan Allah , sedagkan daya manusia tidak mempunyai efek untuk mewujudkannya.


5. Aliran Maturidiyah
Ada perbedaan antara Maturidiyyah Samarkand dan Maturidyah Bikhara mengenai perbuatan manusia. Kelompok pertama lebih dekat dengan faham mu’tazilah, sedangkan kelompok kedua lebih dekat dengan faham Asy’ariyah.
Kehendak dan daya berbuat pada diri manusia, menurut Maturidiyah Samarkand, adalah kehendak dan daya manusia dalam arti sebenarnya, dan bukan dalam arti kiasan. . Perbedaan dengan Mu’tazilah adalah bahwa daya untuk bebuat tidak diciptakan sebelumnya, tetapi bersama-sama dengan perbuatannya. Oleh karena itu, manusia dalam faham Al-Maturidi, tidaklah sebebas manusia dalam mu’tazilah.
Maturidiyah Bukhara dalam banyak hal seperdapat dengan Maturidiyah Samarkand. Hanya saja golongan ini membeerikan tambahan dalam masalah daya. Menurutnya, untuk perbuatan perbuatan, perlu ada dua daya. Manusia tidak mempunyai daya untuk melakukan perbuatan, hanya Tuuhanlah yang dapat mencipta, dan manusia hanya dapat melakukan perbuatan yang telah diciptakan Tuhan baginya.



BAB III
PENUTUP


Kesimpulan

Dalam pembahasan tersebut dapat disimpulkan. Perbuatan Allah dimana Asy’ariyah menyatakan tidak terkait dengan sebab karena Alllah tidak dikenai pertanggung jawaban. Sedangkan Maturidiyah dengan redaksi berbeda lebih cenderung sejajar denagn pemikiran Mu’tazilah yang menyatakan bahwa dalam tiap perbuatan-Nya pasti terdapat hikmah dan tujuan, karena mustahil Allah Tang Maha Bijaksana sampai berbuat iseng dan kesia-siaan.
Perbuatan manusia ddalam Pemikiran Asy’ariyah dan Maturidiyah memiliki pandangan yang berbeda. Menurut Maturidiyah, perbuatan manusia itu semata mata diwujudkan oleh manusia itu sendiri. Dalam masalah ini, Maturidiyah lebih dekat dengan Mu’tazilah yang secara tegas mengatakan bahwa semua yang dikerjakan manusia semata-mata diwujudkan oleh manusia itu sendiri.





















DAFTAR PESTAKA


Rozak, Abdul DR dkk. 2001. Ilmu Kalam. Bandung: CV Pustaka Setia.
www. wikipedia.com
www.google.com

No comments:

Post a Comment