Beberapa perbedaan
prinsipil dari IPv4 vs IPv6 :
Ø Address
Space : IPv6 memiliki kapasitas 128 bit, dibandingkan dengan IPv4 yang cuma 32
bit. membuat kapasitas IPv6 jauh lebih besar (2^96 kali lipat dibandingkan
dengan IPv4). Saat ini cukup banyak juga orang-orang yang mengatakan bahwa perbedaan
kapasitas ini terlalu besar, dan berlebihan. Namun dengan adanya address space
yang luar biasa besar itu, maka akan terbuka banyak sekali kemungkinan di masa
depan mengenai aplikasi-aplikasi yang bisa dienable (misalnya setiap penduduk
dan semua miliknya bisa diberi ip address untuk identifikasi dll.)
Ø Scope
: IPv6 memiliki scope (jangkauan) IP address yang terdefinisi dengan baik, seperti
node-local, link-local, site-local, organization-local, global-scope. Scope ini
mirip dengan pemakaian private atau global ip address pada IPv4, tetapi jauh lebih
fleksibel
Ø Multicast
: Kemampuan pengontrolan multicast IPv6 jauh enak (kalau krupuk namanya crispy dibanding
dengan IPv4 dengan adanya scope multicast (di IPv4 tidak ada kemampuan
pengontrolan seperti ini)
Ø Anycast
: Ini kemampuan baru IPv6 untuk identifikasi beberapa host dengan sebuah IP
address saja. Host yang paling dekat nanti yang akan respon (kalau solusi di
IPv4 menggunakan IP address yang sama, routing protocol yang akan menentukan
mana yang paling dekat)
Ø Penyederhanaan
format header : header IPv6 lebih simple dibanding dengan IPv4, ada beberapa
field yang dihapuskan, sehingga dengan kemampuan yang luar biasa besar, header
IPv6 hanya 2x lebih besar daripada IPv4
Ø Header
Options yang fleksibel : field option di IPv6 fleksibel panjangnya, jadi lebih
gampang untuk support aplikasi baru di masa depan (yang kita belum tahu
sekarang ini)
Ø Kemampuan
QoS lebih baik : IPv6 bisa memberi label pada paket-paket tertentu supaya
mendapat perlakukan khusus (misalnya untuk real time traffic)
Ø Otentikasi
dan Privasi : IPv6 memiliki kemampuan builtin untuk otentikasi & privasi.
Kalau di IPv4 kita harus tambahkan tunnel IPsec (atau mekanisme tambahan lain)
untuk hal ini
Ø Fungsi
lain yang baru di IPv6 : real-time flows, provider selection, host mobility,
end-to- end security, auto-configuration, dan auto-reconfiguration.
Solusi-solusi ini jika di IPv4 memerlukan banyak cara yang tambal sulam.
Migrasi ke IPv6
Meskipun
IPv6 ini banyak sekali keunggulan dibandingkan dengan IPv4, namun migrasi IPv4
ke IPv6 tidak semudah membalik telapak tangan. Diantara beberapa penyebabnya
adalah :
1. Kebanyakan
aplikasi network masih menggunakan IPv4. Sangat sedikit yang perlu spesifik
IPv6, dan baru aplikasi-aplikasi baru saja yang mulai support dual stack (IPv4
dan IPv6 sekaligus)
2. Kebanyakan
network engineer masih familiar dengan IPv4. IPv6 itu seperti dari dunia lain
3. Internet
sudah terlanjur besar dengan IPv4. Migrasi IPv4 ke IPv6 sulit sekali karena
memerlukan koordinasi yang baik dari banyak pihak
4. Beberapa
standard IPv6 masih belum selesai. Misalnya sampai sekarang kita belum
menemukan kata sepakat tentang mekanisme terbaik untuk dual homing. Dual homing
menjadi masalah di IPv6 karena kapasitas address IPv6 yang sangat besar,
sehingga kalau orang melakukan dual homing seperti di IPv4, maka akan terjadi
masalah besar pada address summarization di routernya (akan diperlukan storage
yang luar biasa besar untuk menyimpan ledakan IPv6 address, teknologi CPU &
storage masa sekarang belum mampu menanganinya)
5. Tambal
sulam di IPv4 sudah sedemikian banyak dan ternyata bisa berjalan dengan rapi, sehingga
nyawa IPv4 yang sudah diprediksi mati beberapa kali, ternyata terus memanjang
sampai saat ini. Misalnya, NAT (Network Address Translation) membuat IPv4 yang
kehabisan IP address bisa mendayagunakan ip address private.
6. Belum
ada killer application untuk IPv6 (ini jenis aplikasi yang hanya bisa berjalan
dg baik di IPv6, sampai sekarang semua aplikasi bisa dijalankan di IPv4 dengan
baik)
7. Tidak
ada dorongan yang kuat dari pemerintah maupun dunia bisnis. Jepang termasuk
sukses implementasi IPv6 karena pemerintahnya serius sekali mempromosikan IPv6 dengan
dukungan biaya R&D dan insentif pengurangan pajak jika orang menggunakan
IPv6.
Potensi Killer
Application IPv6
Sebetulnya dengan jumlah penduduk diatas 220 juta
orang, Indonesia sangat cocok jika cepat mengadopsi IPv6. Dikarenakan beberapa hal
seperti :
1. Menyelesaikan
masalah NAT pada service provider besar (seperti provider-provider telepon
celular/ADSL/Metro Ethernet yang punya pelanggan ribuan). Banyak
aplikasi-aplikasi yang sebenarnya berjalan lebih optimum tanpa NAT (misalnya IP
telephony, video surveillance, dll)
2. Menyelesaikan masalah komunikasi VPN Intranet
dan Extranet dengan multiple operator. Saat ini sebuah perusahaan yang
terhubung ke beberapa operator harus membuat beberapa situs besarnya sebagai
transit, supaya situs-situs kecil bisa saling berbicara. IPv6 menyelesaikan
masalah ini dengan sangat mudah
3. Penduduk
Indonesia banyak yang mempunyai KTP ganda. Pemerintah Indonesia belum punya
cara membereskan masalah ini. Sekalian saja nanti kalau mau diberesin tiap KTP
bisa diberi IP address sbg bagian dari identifikasi penduduk (sekalian mendukung
SIN – Single Identity Number). Justru sebenarnya, IPv6 juga potensial untuk
Single Identity Number untuk seluruh penduduk di muka bumi ini sekalian dengan
binatang peliharaannya.
4. Jika no 3 tercapai, sebenarnya untuk
menghubungi seseorang cukup lewat IPv6 addressnya saja. Tidak perlu mengingat-ingat
nomor telepon (kantor/rumah/hp1/hp2/hp3/email/IM/dll)
5. Khusus
untuk pemerintah, jika ingin setiap KTP rakyat ditempeli RFID, sehingga posisi
tiap penduduk langsung diketahui secara lebih pasti. Salah satu aplikasinya
mungkin dengan mengatur lalulintas di kota-kota rawan macet, sehingga kemacetan
jauh dikurangi. Nah, kombinasi RFID dengan IPv6 sangat pas, karena dengan
kombinasi ini kita bisa membuat big screen dengan gambar-gambar pergerakan
penduduk. Jika ada permasalahan, kita bisa telnet atau ping orang itu.
No comments:
Post a Comment